Kategori: Uncategorized

  • Buaya muara menjadi reptil terbesar di bumi

    Buaya muara menjadi reptil terbesar di bumi

    Buaya muara atau buaya bekatak (Crocodylus porosus) adalah jenis buaya terbesar di dunia. Dinamai demikian karena buaya ini hidup di sungai-sungai dan di dekat laut (muara). Buaya ini juga dikenal dengan nama buaya air asin, buaya laut, dan nama-nama lokal lainnya. Dalam bahasa Inggris, dikenal dengan nama Saltwater crocodile, Indo-Australian crocodile, dan Man-eater crocodile. Nama umumnya, Man-eater = “pemakan manusia”, karena buaya ini pernah (atau sering) memakan manusia dan babi di wilayahnya. Buaya ini tersebar di seluruh perairan dataran rendah dan perairan pantai di daerah tropis Asia Selatan, Asia Tenggara, dan Australia (Indo-Australia).

    Deskripsi Buaya muara 

    Panjang tubuh buaya ini (termasuk ekor) biasanya antara 4,5 sampai 5,5 meter, namun bisa mencapai lebih dari 6 meter. Beratnya bisa mencapai lebih dari 1000 kg. Moncong spesies ini cukup lebar dan tidak punya sisik lebar pada tengkuknya. Buaya muara dikenal sebagai buaya yang jauh lebih besar dari Buaya Nil (Crocodylus niloticus) dan Alligator Amerika (Alligator mississippiensis). Penyebaran buaya ini juga termasuk yang “terluas” di dunia

    Agihan

    Buaya muara memiliki wilayah perantauan mulai dari perairan Teluk Benggala (Sri Lanka, Bangladesh, India) hingga perairan Polinesia (Kepulauan Fiji dan Vanuatu). Sedangkan habitat favorit untuk mereka adalah perairan Indonesia dan Australia.

    Kebiasaan

    Buaya ini aktif pada siang dan malam hari. Buaya ini memangsa siapapun yang memasuki wilayahnya. Mangsanya adalah Ikan, Amfibi, Reptilia, Burung, dan Mamalia (termasuk mamalia besar). Buaya ini adalah salah satu dari buaya-buaya yang berbahaya bagi Manusia. Buaya muara mampu melompat keluar dari air untuk menyerang mangsanya. Bahkan bila kedalaman air melebihi panjang tubuhnya, buaya muara mampu melompat serta menerkam secara vertikal mencapai ketinggian yang sama dengan panjang tubuhnya.Buaya muara menyukai air payau/asin, oleh sebab itu pula bangsa Australia menamakannya saltwater crocodile (buaya air asin). Selain terbesar dan terpanjang, Buaya Muara terkenal juga sebagai jenis buaya terganas di dunia.

    Hubungan dengan Manusia

    Buaya muara sangat berbahaya bagi manusia. Mereka adalah buaya pemangsa manusia sejati. Seperti Buaya nil, buaya ini sering menyerang manusia yang memasuki wilayahnya. Di Australia, tercatat ada 2 serangan buaya terhadap manusia setiap tahunnya.Serangan buaya terhadap manusia juga dilaporkan dari Kalimantan,Sumatra, India timur, Andaman, dan Myanmar

    10 Fakta Buaya Muara

    Buaya air asin (Crocodylus porosus) merupakan jenis buaya paling besar di dunia. Buaya ini sering juga disebut sebagai buaya muara, buaya laut, buaya Indo-Australia, buaya pemakan manusia, dan berbagai nama lokal lainnya. Buaya ini diberi nama demikian karena memang gak hanya hidup di sungai-sungai, tapi juga banyak hidup di dekat laut atau muara.

    1. Merupakan reptil terbesar di bumi saat ini

    Dilansir National Geographic, rata-rata panjang buaya muara jantan adalah sekitar 5 meter dengan bobot 454 kg. Sementara itu, buaya muara dengan panjang sekitar 7 meter dan bobot tubuh 998 kg pun gak jarang ditemukan. Di antara jenis buaya yang lain, buaya air asin merupakan yang terbesar.

    World Atlas bahkan menyebut bahwa hewan ini merupakan reptil terbesar di bumi saat ini. Situs itu juga menjelaskan bahwa buaya air asin juga merupakan predator terbesar di darat dan tepi pantai.

    1. Kadang kamu bisa menemukan buaya ini di tengah laut, mengingat buaya ini merupakan perenang yang andal

    Buaya air asin merupakan perenang yang sangat baik sehingga kadang buaya ini terlihat jauh di laut. Dikutip dari discover wildlife.com, buaya ini bahkan bisa menempuh jarak di laut hingga sejauh 900 km.

    Meski buaya ini bisa menghabiskan banyak waktunya di air asin, buaya jenis ini gak bisa disebut reptil laut seperti halnya kura-kura. Ini karena buaya ini tetap bergantung pada tanah untuk makanan dan air.

    3. Banyak hidup di perairan tawar, payau, bahkan asin

    Buaya air asin memiliki toleransi tinggi terhadap salinitas. Reptil satu ini pun memiliki range habitat yang luas, yaitu di daerah-daerah air payau dan air tawar di India Timur, Australia Utara, dan Asia Tenggara termasuk Indonesia.

    Karena kemampuannya untuk hidup di lautan terbuka dalam jangka waktu yang lama, buaya air asin dapat menyeberangi hamparan laut yang luas untuk mencapai daerah baru. Gak heran, populasi mereka tersebar luas di daerah-daerah lainnya seperti Kepulauan Pasifik, Fiji, dan Papua Nugini.

    Migrasi musiman sering terjadi di antara buaya air asin. Ketika musim hujan, mereka biasanya menghabiskan waktunya di sungai dan rawa air tawar. Saat musim kemarau tiba, mereka pindah ke muara dan danau, kadang-kadang juga menjelajah ke laut.

    4. Saat dewasa, mereka bisa memangsa apa saja, termasuk manusia

    Buaya air asin bisa memakan apa saja yang ada di sekitarnya dan bisa masuk ke rahang mereka, termasuk burung, kerbau, walabi, monyet, sapi, babi hutan, kepiting, kepiting, ikan, kura-kura dan hiu. Mereka merupakan predator oportunistik, dengan fleksibilitas penyesuaian makanan tergantung makanan yang tersedia. Buaya ini juga bisa tetap hidup dengan ketersediaan makanan yang sangat sedikit.

    Dengan sifatnya yang ganas dan agresif, mereka juga bisa memangsa manusia yang sedang berada di dalam perahu. Semakin kecil perahunya, semakin besar resikonya untuk diterkam buaya tersebut.

    5. Sebelum menerkam mangsanya, diam-diam mereka sudah mengintai dari bawah air

    Dalam mencari mangsa, buaya air asin akan bersembunyi dengan sabar di bawah permukaan dekat tepi air. Mereka menunggu mangsa potensial untuk mendekati mereka.

    Serangan mereka bahkan dikenal sebagai “gulungan kematian”. Setelah mengawasi mangsa dari bawah air, buaya air asin akan menyergap dan menyeret mereka dengan cepat ke dalam air.

    Seretan yang mereka buat dirancang untuk membuang keseimbangan mangsa berukuran besar, sehingga memungkinkan mangsa tersebut terseret ke dalam air dengan mudah. Ketika ada sekumpulan mangsa dalam jumlah besar, buaya air asin akan menggulung tubuh mereka di bawah air untuk mengacaukan mangsanya sehingga membuatnya lebih mudah dikonsumsi.

    6. Bisa tetap terendam air hingga lebih dari 1 jam

    Mereka bisa bertahan selama itu di dalam air karena mereka mampu mengurangi detak jantungnya menjadi 2 hingga 3 detak saja per menit. Dengan begitu, mereka dapat menunggu di bawah air sampai mereka melihat dan mendapatkan mangsanya.

    7. Bisa membuka mulut di bawah air tanpa tenggelam

    Buaya air asin dapat membuka mulutnya selama masih berada di bawah permukaan air tanpa takut tenggelam. Ini karena buaya tersebut memiliki katup khusus di bagian bawah mulut yang dapat menghentikan air masuk ke tenggorokan.

    Buaya masih dapat menggigit mangsanya di bawah air dengan membuka mulutnya. Bahkan, sebagian besar serangan buaya terjadi dengan cara ini.

    8. Selama tidur, bisa tetap “terjaga” dengan satu mata terbuka

    Buaya-buaya air asin di Australia mematikan hanya separuh otak mereka selama tidur, menjaga separuh lainnya waspada terhadap bahaya. Sistem saraf pusat yang kompleks membuat mata kanan tetap terbuka ketika sisi kiri otak terjaga, dan sebaliknya.

    9. Bisa berumur lebih panjang dibandingkan jenis buaya lainnya

    Buaya air asin memiliki rentang hidup yang panjang. Banyak buaya air asin yang hidup hingga lebih dari 65 tahun, lebih lama daripada spesies buaya lainnya.

    Di penangkaran, bahkan ada beberapa laporan buaya air asin dengan umur lebih dari 100 tahun. Di sisi lain, kematian bayi buaya air asin tergolong sangat tinggi karena predasi yang besar. Faktanya, hanya 1 persen dari buaya air asin yang baru lahir yang dapat bertahan hingga dewasa.

    10. Pernah hampir punah karena diburu di tahun 1960

    Buaya air asin pernah dieksploitasi besar-besaran dari alam liar di Australia Utara pada tahun 1940, 1950, dan 1960–bahkan nyaris punah karena perburuan yang dilakukan manusia.

    Untuk saat ini, buaya air asin dianggap berisiko rendah terhadap kepunahan. Meskipun demikian, populasi buaya air asin bisa saja berkurang karena masih adanya perburuan ilegal, berkurangnya habitat, serta antipati manusia terhadap hewan ini karena sifatnya yang dapat memangsa manusia.

    Perbedaan Buaya Air Asin dan Buaya muara , Bukan Hanya Habitatnya

    1. Tempat asal

    Buaya air asin memiliki rentang tempat tinggal yang luas, mulai dari Australia utara hingga India timur dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia, Sri Lanka, Malaysia, dan Brunei. Sementara buaya air tawar hanya bisa ditemukan di Australia karena merupakan spesies endemik benua ini. Menariknya, buaya air tawar sebenarnya dapat mentolerir air asin.

    2. Ukuran

    Buaya air asin atau Crocodylus porosus adalah anggota terbesar di antara semua reptil yang masih ada. Pejantan dewasa yang sehat dapat memiliki berat sekitar 600 hingga 1.000 kilogram dan panjang rata-rata sekitar 4 sampai 5,5 meter.

    Semantara, buaya air tawar berukuran lebih kecil. Rata-rata panjang buaya jantan dewasa hanya sekitar tiga meter.

    3. Bentuk kepala

    Untuk mengetahui perbedaan keduanya, kamu bisa mengamati bentuk kepala buaya. Buaya air tawar biasanya memiliki moncong yang memanjang dan ramping. Sementara, buaya air asin memiliki moncong yang lebih lebar dan tebal.

    Namun, kamu tidak boleh mengamati buaya terlalu dekat. Sebab, berada dalam jarak yang terlalu dekat dapat menyebabkan serangan.

    4. Ukuran gigi

    Buaya air asin dan air tawar memiliki garis rahang dan ukuran gigi yang tidak sama. Karena perawakannya lebih kecil, buaya air tawar juga memiliki gigi yang lebih kecil dibandingkan buaya air asin. 

    Buaya air tawar memiliki rahang lurus dengan ukuran gigi seragam. Sementara, buaya air asin memiliki garis rahang yang tidak beraturan dengan ukuran gigi yang bervariasi, dengan beberapa gigi berukuran dua kali lebih besar daripada ukuran gigi lainnya.

    5. Habitat

    Habitat buaya air asin adalah rawa bakau pesisir pantai, delta sungai, dan sungai air tawar. Sementara, buaya air asin dapat ditemukan di pantai serta di dekat sungai dan anak sungai yang airnya asin. Banyak pantai di Australia memberikan peringatan mengenai buaya air asin, karena mereka biasa ditemukan di sepanjang pantai.

    6. Pola makan

    Buaya air asin dan buaya air tawar memiliki preferensi makanan yang berbeda, dipengaruhi oleh ukuran dan habitatnya masing-masing. Buaya air asin lebih senang memangsa reptil kecil, ikan, penyu, dan burung yang berenang. Terkadang, mereka juga menargetkan mangsa yang lebih besar, seperti babi hutan, kerbau, dan hewan ternak.

    Sementara, buaya air tawar biasanya memangsa hewan-hewan kecil yang tinggal di sungai, seperti serangga, ikan, katak, kura-kura, burung air, dan ular. Kadang-kadang, mereka juga memakan mamalia kecil.

    7. Perilaku

    Perbedaan mencolok terletak pada interaksinya dengan manusia. Buaya air asin lebih agresif dan diketahui beberapa kali menyerang dan memakan manusia. Sementara, buaya air tawar jarang menunjukkan perilaku agresif dan biasanya tidak menyerang manusia.

    Sekarang kamu sudah tahu bahwa buaya yang hidup di air tawar dan asin adalah spesies yang berbeda. Selain tempat tinggalnya, mereka juga memiliki perbedaan fisik, ukuran, pola makan, dan perilaku.

  • Ternyata ikan batu yang paling berbahaya di lautan

    Apa itu ikan batu ?

    Oceana, stonefish atau ikan batu adalah ikan paling beracun di dunia. Melalui duri sirip punggungnya,  dapat menyuntikkan racun yang mampu membunuh orang dewasa dalam waktu kurang dari satu jam. Di alamnya, ikan batu tidak menggunakan racunnya untuk menangkap mangsa, melainkan untuk menghindari pemangsaan. 

    Racunnya sangat menyakitkan dan kemungkinan cukup efektif untuk mengusir bahkan pemangsa potensial yang paling kuat sekalipun.

    Nama “stonefish” mengacu pada salah satu dari beberapa ikan dalam genus Synanceia dalam keluarga Synanceiidae. Jika kita mengambil satu langkah taksonomi lebih jauh ke belakang, mereka berada dalam ordo Scorpaeniformes, yang mencakup beberapa penghuni laut terkenal lainnya, seperti lionfish, lumpsucker, dan sculpins.

    Stonefish ditemukan di dasar berbatu atau berlumpur habitat laut di wilayah Indo-Pasifik.

    Ikan batu ini sangat ahli berkamuflase dan dapat berbaur dengan sempurna dengan lingkungan mereka sehingga mangsa, pemangsa, dan bahkan manusia penyelam SCUBA kesulitan melihat mereka dengan jelas. 

    Mereka hampir selalu duduk diam, di dasar laut, di habitat terumbu karang yang mereka sukai dan terumbu berbatu, dan biasanya warna mereka sangat cocok dengan substratnya. 

    Beberapa individu bahkan memiliki ganggang yang tumbuh di atas tubuhnya. Meskipun kamuflase ini memberi mereka perlindungan lebih lanjut dari pemangsa, namun tujuan utamanya adalah untuk memungkinkan  menyergap mangsanya. Mereka memakan ikan karang lain dan beberapa invertebrata yang tinggal di bawah, tetapi mereka tidak secara aktif mengejar hewan ini. 

    Sebaliknya, mereka menunggu makan malam untuk datang. Menunggu berjam-jam,  akan menyerang ketika mangsa potensial mereka berjarak kurang dari panjang tubuhnya. Rahang mereka yang kuat dan mulutnya yang besar menciptakan begitu banyak tekanan sehingga mereka dengan mudah dapat menyedot mangsanya yang tidak curiga dan menelannya utuh.

    SEBERAPA BERACUNKAH IKAN BATU?

    Mungkin kalimat pertama dalam halaman pertama artikel ini masih belum begitu menjelaskan lebih lanjut mengenai tingkat racun yang ada dalam tubuh. Maka akan kami uraikan lebih lanjut ya mengenai racun di tubuh  di halaman ini.

    Menurut Ocean Conservancy, lautan kita penuh dengan makhluk beracun, dari gurita cincin biru hingga lionfish, tetapi ikan batu atau stone fish menyandang gelar sebagai ikan paling beracun di laut.

    Namun, jika Bunda menginjak , maka itu adalah cerita yang berbeda.  memiliki 13 duri yang melapisi punggungnya yang melepaskan racun di bawah tekanan.

    Jika Bunda secara tidak sengaja menginjak  karena mengira itu adalah batu yang tidak berbahaya, ia akan mengeluarkan duri punggungnya dan melepaskan racun dari dua kantong di dasar setiap tulang belakang. Tidak mengherankan, semakin banyak racun yang disuntikkan, semakin buruk bagi Bunda. 

    Sengatan menyebabkan rasa sakit yang mengerikan, pembengkakan, nekrosis atau kematian jaringan dan bahkan kematian. Seorang korban menulis secara online, yang kemudian dilaporkan oleh ABC News, bahwa setelah disengat di jari, rasanya seperti “setiap buku jari, kemudian pergelangan tangan, siku dan bahu dipukul secara bergantian dengan palu godam selama sekitar satu jam.”

    Sengatan membutuhkan perhatian medis segera. Ini melibatkan perendaman panas, yang membantu mengubah sifat racun, dan injeksi anti-bisa. Tetapi hal yang terbaik adalah menghindari sengatan sejak awal. Jika berada di area yang mungkin menjadi rumah bagi ikan batu, pastikan untuk:

    1. Pakai sepatu air
    2. Selalu melihat ke mana Bunda berjalan
    3. Gerakan terus kaki Bunda di sepanjang bagian bawah untuk menghindari menginjak ikan secara langsung. Gerakan ini juga membantu menakuti ikan pari

    Fakta fakta menarik ikan Batu yang wajib kalian ketahui  sebagai ikan yang paling mematikan di dunia 

    ikan batu (stonefish) merupakan salah satu hewan paling berbahaya di dunia. Meski tak sepopuler hiu putih atau paus pembunuh, ikan batu mengeluarkan racun mematikan dari tubuhnya.

    Ikan batu adalah anggota keluarga Synanceiidae yang terkenal dengan kemampuan mereka untuk menyamar sebagai batu atau karang. Ikan yang banyak hidup di perairan dangkal dan tropis Indo-Pasifik ini memiliki bentuk tubuh yang datar dan duri-duri yang tajam.

    Bentuk tubuh ikan ini membantu mereka berbaur dengan lingkungan sekitarnya. Ada beberapa spesies  dengan Synanceia verrucosa dan Synanceia horrida menjadi yang paling terkenal.

    Berikut fakta-fakta ikan batu, ikan paling mematikan di dunia.

    1. Racun yang Sangat Mematikan

    Dikutip dari laman My Animals pada Kamis (08/08/2024), ikan batu merupakan ikan paling beracun dari seluruh spesies ikan di dunia. Racun ikan ini akan menyebabkan rasa sakit dan kelumpuhan yang tak tertahankan pada mangsanya.

    Jika tidak ditangani tepat waktu, racun ikan batu dapat membunuh individu tersebut. Racun yang dikeluarkan ikan ini juga bahkan dapat membunuh manusia dewasa.

    Ikan batu memiliki sirip punggung yang berbentuk seperti jarum. Kelenjar beracunnya yang sensitif terhadap tekanan berada di dasar sirip ini.

    Pada sirip punggung tersebut, terdapat 13 duri tajam yang sewaktu-waktu dapat diangkat oleh ikan tersebut setiap kali mereka merasa terancam.

    Serangan racun pada manusia dapat menyebar dengan sangat, dimulai dari bengkak dan rasa sakit. Gejala ini kemudian berkembang pesat hingga menyebabkan kelumpuhan, nekrosis jaringan, dan bahkan gagal jantung.

    Saat ini, ada zat anti-racun yang mulai dikembangkan sejak akhir 1950 untuk pengobatan. Orang yang terpapar racun  harus segera dibawa ke klinik atau rumah sakit terdekat.

    Racun ikan batu dapat membunuh manusia dalam kurun waktu 2 jam tanpa perawatan. Meski sangat beracun,  sebenarnya bukan merupakan ikan yang agresif.

    Ikan ini bahkan tergolong perenang yang lambat. tidak akan menyerang manusia atau predator lain dengan racunnya kecuali jika mereka sedang merasa terancam.

    Mekanisme pertahanannya hanya aktif bila ada yang tidak sengaja menginjaknya.

    2. Pintar Berkamuflase

    Ikan batu sering berkamuflase sehingga bentuknya mirip seperti batu. Dikutip dari Oceana, ikan batu sangat ahli dalam berkamuflase dan dapat berbaur dengan sempurna dengan lingkungannya.

    Ikan ini hampir selalu duduk diam di dasar laut, di habitat terumbu karang, atau batu yang mereka sukai. Warnanya sering terlihat mirip dengan batu atau terumbu karang.

    Beberapa individu ikan bahkan diketahui memiliki alga yang tumbuh di atasnya. Ukuran  yang kecil yaitu antara 30 hingga 40 cm juga membuat mereka terlihat sangat mirip seperti batu atau bagian dari terumbu karang.

    3. Menyergap Mangsa dengan Cepat

    Ikan batu merupakan karnivora yang memakan ikan-ikan di sekitar terumbu karang dan beberapa invertebrata yang hidup di dasar laut. Namun, ikan batu tidak secara aktif mengejar mangsanya tersebut.

    Ikan batu hanya akan menunggu mangsa-mangsa tersebut datang kepada mereka.  seringkali menunggu mangsanya hingga berjam-jam dengan sabar, dan baru mulai menyerang mangsanya ketika sudah dekat.

    Ikan batu memiliki rahang kuat dan mulut besar yang menciptakan begitu banyak tekanan.  dengan mudah menyedot mangsanya dan menelannya secara utuh hanya dalam hitungan detik.

    4. Bertahan 24 Jam Tanpa Air

    Ikan batu dapat bertahan hidup di luar air hingga 24 jam selama kondisi lingkungan di sekitarnya lembab. Dalam keadaan seperti itu, ikan batu akan menyerap oksigen melalui kulitnya.

    Fenomena ini sering kali terlihat saat air laut surut, menyebabkan ikan batu menjadi berada di luar air laut. Meski begitu,  pada akhirnya akan mati lemas karena mengalami dehidrasi.

    Racun Bisa Bantu Basmi Kanker

    ikan Batu atau Stone Fish mungkin merupakan mimpi buruk bagi para penyelam, tapi ikan dengan bentuk yang jelek dan mematikan ini ternyata bisa mengurangi tingkat penolakan transplantasi pada pasien kanker. Para ilmuwan menemukan kesamaan antara bagian yang mematikan dari bisa  dan bagaimana sistem imun manusia bereaksi ketika mereka menolak transplantasi sumsum tulang. Temuan ini sangat mengejutkan mengingat ikan batu memiliki reputasi yang buruk.   “Jika sengatannya tidak membunuh Anda, maka akan bisa ikan batu dapat menyebabkan rasa sakit yang luar biasa hingga bisa melumpuhkan dan bahkan mungkin mematikan jaringan tubuh dan karenanya besar kemungkinan anggota tubuh itu perlu diamputasi”.   Jamie Seymour, seorang profesor dari James Cook University yang mengkhususkan diri pada racun, mengatakan rasa sakit akibat sengatan  sangat menyiksa.   “Ikan batu merupakan salah satu dari beberapa hewan yang kita tahu hanya akan menggunakan racunnya untuk pertahanan,” katanya.   Tetapi ikan ini ternyata mampu membantu para ilmuwan untuk memahami lebih jauh tentang tubuh manusia.

    Professor James Whipstock dari Universitas Monash mengatakan racun ikan batu mengandung protein perforin yang memiliki kemampuan untuk membuat lubang di dalam sel tubuh.   “Kita sangat terkejut ketika menemukan kandungan protein dalam  ini ternyata berkaitan dengan senjata utama yang digunakan oleh sistem imun tubuh manusia dalam menghilangkan sel-sel yang terinfeksi secara viral dan bersifat ganas seperti sel kanker. ”   Respon sistem imun ini memainkan peran penting dalam menggagalkan hingga 30 persen dari transplantasi sumsum tulang, yang digunakan dalam pengobatan leukemia.   Jadi memahami bagaimana protein ini membentuk pori dapat membantu para ilmuwan menemukan cara untuk mencegah terbentuknya pori-pori tersebut sesering mungkin, terutama melalui pengembangan penekan sistem imun tubuh.   “Ini memberi kita gambaran tentang bagaimana protein ini bisa berhimpun menjadi besar dan membentuk pori-pori berbentuk cincin,” kata Professor Whipstock.   “Dan informasi dari struktur dalam racun ikan batu itu ternyata secara aktif menginformasikan kita mengenai program penemuan obat yang terjadi pada saat ini. “Struktur racun benar-benar memberikan kita sejumlah informasi fantastis mengenai bagaimana mengembangkan molekul yang lebih baik untuk mencegah sistem kekebalan tubuh untuk menjalankan fungsinya ketika kita sedang tidak menginginkannya, misalnya menolak transplantasi organ.   Professor Seymour mengatakan racun sesekali bisa mengandung informasi yang penting dan kemungkinan itu perlu di eksplorasi.   “Jika Anda bisa mengetahui apa sebenarnya struktur dan komponen dari masing-masing potongan-potongan dalam racun ini, maka kita bisa meneliti struktur tersebut dan akhirnya menemukan senyawa baru dari racun tersebut,” katanya.   Para peneliti berharap dapat  mengembangkan molekul, yang dapat dipindahkan ke pengaturan klinis medik, dalam tiga tahun ke depan.

    Tempat Bermain Slot Yang Asik : Panglima79