Apa itu ikan batu ?
Oceana, stonefish atau ikan batu adalah ikan paling beracun di dunia. Melalui duri sirip punggungnya, dapat menyuntikkan racun yang mampu membunuh orang dewasa dalam waktu kurang dari satu jam. Di alamnya, ikan batu tidak menggunakan racunnya untuk menangkap mangsa, melainkan untuk menghindari pemangsaan.
Racunnya sangat menyakitkan dan kemungkinan cukup efektif untuk mengusir bahkan pemangsa potensial yang paling kuat sekalipun.
Nama “stonefish” mengacu pada salah satu dari beberapa ikan dalam genus Synanceia dalam keluarga Synanceiidae. Jika kita mengambil satu langkah taksonomi lebih jauh ke belakang, mereka berada dalam ordo Scorpaeniformes, yang mencakup beberapa penghuni laut terkenal lainnya, seperti lionfish, lumpsucker, dan sculpins.
Stonefish ditemukan di dasar berbatu atau berlumpur habitat laut di wilayah Indo-Pasifik.
Ikan batu ini sangat ahli berkamuflase dan dapat berbaur dengan sempurna dengan lingkungan mereka sehingga mangsa, pemangsa, dan bahkan manusia penyelam SCUBA kesulitan melihat mereka dengan jelas.
Mereka hampir selalu duduk diam, di dasar laut, di habitat terumbu karang yang mereka sukai dan terumbu berbatu, dan biasanya warna mereka sangat cocok dengan substratnya.
Beberapa individu bahkan memiliki ganggang yang tumbuh di atas tubuhnya. Meskipun kamuflase ini memberi mereka perlindungan lebih lanjut dari pemangsa, namun tujuan utamanya adalah untuk memungkinkan menyergap mangsanya. Mereka memakan ikan karang lain dan beberapa invertebrata yang tinggal di bawah, tetapi mereka tidak secara aktif mengejar hewan ini.
Sebaliknya, mereka menunggu makan malam untuk datang. Menunggu berjam-jam, akan menyerang ketika mangsa potensial mereka berjarak kurang dari panjang tubuhnya. Rahang mereka yang kuat dan mulutnya yang besar menciptakan begitu banyak tekanan sehingga mereka dengan mudah dapat menyedot mangsanya yang tidak curiga dan menelannya utuh.
SEBERAPA BERACUNKAH IKAN BATU?
Mungkin kalimat pertama dalam halaman pertama artikel ini masih belum begitu menjelaskan lebih lanjut mengenai tingkat racun yang ada dalam tubuh. Maka akan kami uraikan lebih lanjut ya mengenai racun di tubuh di halaman ini.
Menurut Ocean Conservancy, lautan kita penuh dengan makhluk beracun, dari gurita cincin biru hingga lionfish, tetapi ikan batu atau stone fish menyandang gelar sebagai ikan paling beracun di laut.
Namun, jika Bunda menginjak , maka itu adalah cerita yang berbeda. memiliki 13 duri yang melapisi punggungnya yang melepaskan racun di bawah tekanan.
Jika Bunda secara tidak sengaja menginjak karena mengira itu adalah batu yang tidak berbahaya, ia akan mengeluarkan duri punggungnya dan melepaskan racun dari dua kantong di dasar setiap tulang belakang. Tidak mengherankan, semakin banyak racun yang disuntikkan, semakin buruk bagi Bunda.
Sengatan menyebabkan rasa sakit yang mengerikan, pembengkakan, nekrosis atau kematian jaringan dan bahkan kematian. Seorang korban menulis secara online, yang kemudian dilaporkan oleh ABC News, bahwa setelah disengat di jari, rasanya seperti “setiap buku jari, kemudian pergelangan tangan, siku dan bahu dipukul secara bergantian dengan palu godam selama sekitar satu jam.”
Sengatan membutuhkan perhatian medis segera. Ini melibatkan perendaman panas, yang membantu mengubah sifat racun, dan injeksi anti-bisa. Tetapi hal yang terbaik adalah menghindari sengatan sejak awal. Jika berada di area yang mungkin menjadi rumah bagi ikan batu, pastikan untuk:
- Pakai sepatu air
- Selalu melihat ke mana Bunda berjalan
- Gerakan terus kaki Bunda di sepanjang bagian bawah untuk menghindari menginjak ikan secara langsung. Gerakan ini juga membantu menakuti ikan pari
Fakta fakta menarik ikan Batu yang wajib kalian ketahui sebagai ikan yang paling mematikan di dunia
ikan batu (stonefish) merupakan salah satu hewan paling berbahaya di dunia. Meski tak sepopuler hiu putih atau paus pembunuh, ikan batu mengeluarkan racun mematikan dari tubuhnya.
Ikan batu adalah anggota keluarga Synanceiidae yang terkenal dengan kemampuan mereka untuk menyamar sebagai batu atau karang. Ikan yang banyak hidup di perairan dangkal dan tropis Indo-Pasifik ini memiliki bentuk tubuh yang datar dan duri-duri yang tajam.
Bentuk tubuh ikan ini membantu mereka berbaur dengan lingkungan sekitarnya. Ada beberapa spesies dengan Synanceia verrucosa dan Synanceia horrida menjadi yang paling terkenal.
Berikut fakta-fakta ikan batu, ikan paling mematikan di dunia.
-
Racun yang Sangat Mematikan
Dikutip dari laman My Animals pada Kamis (08/08/2024), ikan batu merupakan ikan paling beracun dari seluruh spesies ikan di dunia. Racun ikan ini akan menyebabkan rasa sakit dan kelumpuhan yang tak tertahankan pada mangsanya.
Jika tidak ditangani tepat waktu, racun ikan batu dapat membunuh individu tersebut. Racun yang dikeluarkan ikan ini juga bahkan dapat membunuh manusia dewasa.
Ikan batu memiliki sirip punggung yang berbentuk seperti jarum. Kelenjar beracunnya yang sensitif terhadap tekanan berada di dasar sirip ini.
Pada sirip punggung tersebut, terdapat 13 duri tajam yang sewaktu-waktu dapat diangkat oleh ikan tersebut setiap kali mereka merasa terancam.
Serangan racun pada manusia dapat menyebar dengan sangat, dimulai dari bengkak dan rasa sakit. Gejala ini kemudian berkembang pesat hingga menyebabkan kelumpuhan, nekrosis jaringan, dan bahkan gagal jantung.
Saat ini, ada zat anti-racun yang mulai dikembangkan sejak akhir 1950 untuk pengobatan. Orang yang terpapar racun harus segera dibawa ke klinik atau rumah sakit terdekat.
Racun ikan batu dapat membunuh manusia dalam kurun waktu 2 jam tanpa perawatan. Meski sangat beracun, sebenarnya bukan merupakan ikan yang agresif.
Ikan ini bahkan tergolong perenang yang lambat. tidak akan menyerang manusia atau predator lain dengan racunnya kecuali jika mereka sedang merasa terancam.
Mekanisme pertahanannya hanya aktif bila ada yang tidak sengaja menginjaknya.
2. Pintar Berkamuflase
Ikan batu sering berkamuflase sehingga bentuknya mirip seperti batu. Dikutip dari Oceana, ikan batu sangat ahli dalam berkamuflase dan dapat berbaur dengan sempurna dengan lingkungannya.
Ikan ini hampir selalu duduk diam di dasar laut, di habitat terumbu karang, atau batu yang mereka sukai. Warnanya sering terlihat mirip dengan batu atau terumbu karang.
Beberapa individu ikan bahkan diketahui memiliki alga yang tumbuh di atasnya. Ukuran yang kecil yaitu antara 30 hingga 40 cm juga membuat mereka terlihat sangat mirip seperti batu atau bagian dari terumbu karang.
3. Menyergap Mangsa dengan Cepat
Ikan batu merupakan karnivora yang memakan ikan-ikan di sekitar terumbu karang dan beberapa invertebrata yang hidup di dasar laut. Namun, ikan batu tidak secara aktif mengejar mangsanya tersebut.
Ikan batu hanya akan menunggu mangsa-mangsa tersebut datang kepada mereka. seringkali menunggu mangsanya hingga berjam-jam dengan sabar, dan baru mulai menyerang mangsanya ketika sudah dekat.
Ikan batu memiliki rahang kuat dan mulut besar yang menciptakan begitu banyak tekanan. dengan mudah menyedot mangsanya dan menelannya secara utuh hanya dalam hitungan detik.
4. Bertahan 24 Jam Tanpa Air
Ikan batu dapat bertahan hidup di luar air hingga 24 jam selama kondisi lingkungan di sekitarnya lembab. Dalam keadaan seperti itu, ikan batu akan menyerap oksigen melalui kulitnya.
Fenomena ini sering kali terlihat saat air laut surut, menyebabkan ikan batu menjadi berada di luar air laut. Meski begitu, pada akhirnya akan mati lemas karena mengalami dehidrasi.
Racun Bisa Bantu Basmi Kanker
ikan Batu atau Stone Fish mungkin merupakan mimpi buruk bagi para penyelam, tapi ikan dengan bentuk yang jelek dan mematikan ini ternyata bisa mengurangi tingkat penolakan transplantasi pada pasien kanker. Para ilmuwan menemukan kesamaan antara bagian yang mematikan dari bisa dan bagaimana sistem imun manusia bereaksi ketika mereka menolak transplantasi sumsum tulang. Temuan ini sangat mengejutkan mengingat ikan batu memiliki reputasi yang buruk. “Jika sengatannya tidak membunuh Anda, maka akan bisa ikan batu dapat menyebabkan rasa sakit yang luar biasa hingga bisa melumpuhkan dan bahkan mungkin mematikan jaringan tubuh dan karenanya besar kemungkinan anggota tubuh itu perlu diamputasi”. Jamie Seymour, seorang profesor dari James Cook University yang mengkhususkan diri pada racun, mengatakan rasa sakit akibat sengatan sangat menyiksa. “Ikan batu merupakan salah satu dari beberapa hewan yang kita tahu hanya akan menggunakan racunnya untuk pertahanan,” katanya. Tetapi ikan ini ternyata mampu membantu para ilmuwan untuk memahami lebih jauh tentang tubuh manusia.
Professor James Whipstock dari Universitas Monash mengatakan racun ikan batu mengandung protein perforin yang memiliki kemampuan untuk membuat lubang di dalam sel tubuh. “Kita sangat terkejut ketika menemukan kandungan protein dalam ini ternyata berkaitan dengan senjata utama yang digunakan oleh sistem imun tubuh manusia dalam menghilangkan sel-sel yang terinfeksi secara viral dan bersifat ganas seperti sel kanker. ” Respon sistem imun ini memainkan peran penting dalam menggagalkan hingga 30 persen dari transplantasi sumsum tulang, yang digunakan dalam pengobatan leukemia. Jadi memahami bagaimana protein ini membentuk pori dapat membantu para ilmuwan menemukan cara untuk mencegah terbentuknya pori-pori tersebut sesering mungkin, terutama melalui pengembangan penekan sistem imun tubuh. “Ini memberi kita gambaran tentang bagaimana protein ini bisa berhimpun menjadi besar dan membentuk pori-pori berbentuk cincin,” kata Professor Whipstock. “Dan informasi dari struktur dalam racun ikan batu itu ternyata secara aktif menginformasikan kita mengenai program penemuan obat yang terjadi pada saat ini. “Struktur racun benar-benar memberikan kita sejumlah informasi fantastis mengenai bagaimana mengembangkan molekul yang lebih baik untuk mencegah sistem kekebalan tubuh untuk menjalankan fungsinya ketika kita sedang tidak menginginkannya, misalnya menolak transplantasi organ. Professor Seymour mengatakan racun sesekali bisa mengandung informasi yang penting dan kemungkinan itu perlu di eksplorasi. “Jika Anda bisa mengetahui apa sebenarnya struktur dan komponen dari masing-masing potongan-potongan dalam racun ini, maka kita bisa meneliti struktur tersebut dan akhirnya menemukan senyawa baru dari racun tersebut,” katanya. Para peneliti berharap dapat mengembangkan molekul, yang dapat dipindahkan ke pengaturan klinis medik, dalam tiga tahun ke depan.
Tinggalkan Balasan